Amaedola mengandung metafora yang membutuhkan interpretasi. Teori hermeneutika Ricoeur memberi peluang bagi penulis dalam proses memindahkan dari bahasa lisan ke bahasa tulis dan mengkonfirmasi dengan teks tertulis lain yang relevan dengan interpretasi tersebut. Kajian ilmu ini merupakan interdisiplin antara sosiolinguistik, antropologi dan sosiopragmatik. Hasil pengembangan dari penelitian ini berupa buku bacaan budaya. Temuan amaedola dalam penelitian dituangkan dalam buku ini sebanyak 418 item dengan masing-masing fungsi dan persentasi sebagai berikut: Nasihat (mene-mene/möli-möli sebesar 32,29%, kritik (degu-degu) sebesar 17,94%, filosofi (lala wa auri) 16,50%, penghiburan (fondara dödö) 6,93 %, tuntunan hidup (fanuturu lala wa’auri):6,22%, ajakan (fondröniaö): 5,98%, menggugah kesadaran (famasugi fa’aboto ba dödö):5,74%, berterima kasih (fangandrö saohagölö):3,82%, peneguhan (fangaro’ö):3,82%, motivasi (famarou dödö):0,71%. Fungsi amaedola sebagai nasihat menduduki peringkat tertinggi yaitu sebesar 32,29 %. Masyarakat dari kultur Nias memiliki harga diri yang sangat tinggi, ini tergambar dari amaedola yang mereka gunakan sebagai filosofi, “abölö sökhi mate moroi aila” yang terjemahan secara leksikal artinya: “lebih baik mati daripada menanggung malu”. Filosofi inilah salah satu yang mendorong masyarakat Nias diaspora untuk senantiasa berusaha menanamkan nasihat-nasihat berupa amaedola yang menuntun mereka menjadi lebih bijaksana.
Reviews
There are no reviews yet.